Bab I
Penduduk, Masyarakat dan Kebudayaan
Penduduk,
Masyarakat, dan Kebudayaan adalah konsep-konsep yang berhubungan satu sama
lain. Penduduk bertempat tinggal di dalam suatu wilayah tertentu dalam waktu
yang tertentu pula dan berkemungkinan akan terbentuknya suatu masyarakat di
wilayah tersebut. Demikian pula hubungan antara masyarakat dengan kebudayaan,
ini adalah hubungan dwi tunggal, yang merupakan kebudayaan adalah hasil dari
masyarakat. Kebudayaan bisa terlahir, tumbuh, dan berkembang dalam suatu
masyarakat, sebaliknya tidak ada suatu masyarakat yang tidak didukung oleh
kebudayaan. Jadi, hubungan antara masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan
yang saling menentukan.
·
Penduduk adalah
orang-orang yang mendiami suatu wilayah tertentu, menetap dalam suatu wilayah,
tumbuh dan berkembang dalam wilayah tertentu pula.
·
Masyarakat adalah suatu
kehiduoan sosial manusia yang menempati wilayah tertentu, yang keteraturannya
dalam kehidupan sosialnya telah dimungkinkan karena memiliki pranata sosial
yang telah menjadi tradisi dan mengatur kehidupannya. Hal yang terpenting dalam
masyarakat adalah pranata sosial, tanpa pranata sosial kehidupan bersama
didalam masyarakat tidak mungkin dilakukan secara teratur. Pranata sosial
adalah perangkat peraturan yang mengatur peranan serta hubungan antar anggota
masyarakat, baik secara perseorangan maupun secara kelompok.
·
Kebudayaan adalah hasil
budi daya manusia, ada yang mendefinisikan sebagai semua hasil karya, rasa, dan
cipta masyarakat. Karya manusia menghasilkan teknologi dan kebudayaan
kebendaan, sedangkan rasa mewujudkan segala norma dan nilai untuk mengatur
kehidupan dan cipta merupakan kemampuan berpikir dan kemampuan mental yang
menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan.
Pengertian
Pertumbuhan Penduduk?
Pertumbuhan penduduk adalah
perubahan populasi sewaktu-waktu,
dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah
populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan pertambahan penduduk merujuk
pada semua spesies, tetapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan
secara informal untuk sebutan demografi nilai pertambahan penduduk, dan
digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia. Model
pertambahan penduduk meliputi Model Pertambahan Malthusian dan model logistik.
Dalam demografi dan ekologi, nilai pertumbuhan penduduk (NPP)
adalah nilai kecil di mana jumlah individu dalam
sebuah populasi meningkat. NPP hanya merujuk pada perubahan populasi pada
periode waktu unit, sering diartikan sebagai persentase jumlah
individu dalam populasi ketika dimulainya periode. Ini dapat dituliskan dalam
rumus:
P = Poekt
Nilai
Pertumbuhan =
Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk
adalah rasio, bukan nilai. Perubahan populasi pada periode waktu unit dihitung sebagai
persentase populasi ketika dimulainya periode. Yang merupakan:
Rasio Pertumbuhan = Nilai Pertumbuhan X 100%
Pertumbuhan
dan Perkembangan Kebudayaan Indonesia
1) Zaman Batu
Alat-alat
batu pada zaman batu tua, baik bentuk ataupun permukaan peralatan masih kasar,
misalnya kapak genggam. Kapak genggam semacam itu kita kenal dari wilayah
Eropa, Afrika, Asia Tengah, sampai Punsjab (India), tapi kapak genggam semacam
ini tidak kita temukan di daerah Asia Tenggara. Berdasarkan penelitian para
ahli prehistori, bangsa-bangsa Proto-Austronesia pembawa kebudayaan Neolithikum
berupa kapak batu besar ataupun kecil bersegi-segi berasal dari Cina Selatan,
menyebar ke arah selatan, ke hilir sungai-sungai besar sampai ke semenanjung
Malaka Lalu menyebar ke Sumatera, Jawa. Kalimantan Barat, Nusa Tenggara, sampai
ke Flores, dan Sulawesi, dan berlanjut ke Filipina.
2)
Zaman Batu Muda
Pada
zaman batu muda memiliki ciri-ciri seperti : mulai menetap dan membuat rumah,
membentuk kelompok masyarakat desa, bertani, dan berternak untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Manusia pada zaman batu muda telah mengenal dan memiliki
kepandaian untuk mencairkan/melebur logam dari biji besi dan menuangkan ke
dalam cetakan dan mendinginkannya. Oleh karena itulah mereka mampu membuat
senjata untuk mempertahankan diri dan untuk berburu serta membuat alat-alat
lain yang mereka perlukan. Bangsa-bangsa Proto-austronesia yang masuk dari
Semenanjung Indo-China ke Indonesia itu membawa kebudayaan Dongson, dan
menyebar di Indonesia. Materi dari kebudayaan Dongson berupa senjata-senjata
tajam dan kapak berbentuk sepatu yang terbuat dari bahan perunggu.
3) Kebudayaan Hindu, Bhuda
dan Islam - Kebudayaan Hindu & Budha
Pada abad ke-3 dan ke-4 agama hindu mulai masuk ke Indonesia di Pulau Jawa. Perpaduan atau akulturasi antara kebudayaan setempat dengan kebudayaan. Sekitar abad ke 5 ajaran Budha masuk ke indonesia, khususnya ke Pulau Jawa. Agama Budha dapat dikatakan berpandangan lebih maju dibandingkan Hinduisme, sebab budhisme tidak menghendaki adanya kasta-kasta dalam masyarakat. Walaupun demikian, kedua agama itu di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa tumbuh dan berdampingan secara damai. Baik penganut hinduisme maupun budhisme masng-masing menghasilkan karya-karya budaya yang bernilai tinggi dalam seni bangunan, arsitektur, seni pahat, seni ukir, maupun seni sastra, seperti tercermin dalam bangunan, relief yang diabadikan dalam candi-candi di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur diantaranya yaitu Borobudur, Mendut, Prambanan, Kalasan, Badut, Kidal, Jago, Singosari, dan lain-lain.
Pada abad ke-3 dan ke-4 agama hindu mulai masuk ke Indonesia di Pulau Jawa. Perpaduan atau akulturasi antara kebudayaan setempat dengan kebudayaan. Sekitar abad ke 5 ajaran Budha masuk ke indonesia, khususnya ke Pulau Jawa. Agama Budha dapat dikatakan berpandangan lebih maju dibandingkan Hinduisme, sebab budhisme tidak menghendaki adanya kasta-kasta dalam masyarakat. Walaupun demikian, kedua agama itu di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa tumbuh dan berdampingan secara damai. Baik penganut hinduisme maupun budhisme masng-masing menghasilkan karya-karya budaya yang bernilai tinggi dalam seni bangunan, arsitektur, seni pahat, seni ukir, maupun seni sastra, seperti tercermin dalam bangunan, relief yang diabadikan dalam candi-candi di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur diantaranya yaitu Borobudur, Mendut, Prambanan, Kalasan, Badut, Kidal, Jago, Singosari, dan lain-lain.
4) Kebudayaan
Islam
Abad ke 15 dan 16 agama islam telah
dikembangkan di Indonesia, oleh para pemukapemuka islam yang disebut Walisongo.
Titik penyebaran agama Islam pada abad itu terletak di Pulau Jawa. Sebenarnya
agama Islam masuk ke Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sebelum abad ke 11
sudah ada wanita islam yang meninggal dan dimakamkan di Kota Gresik. Masuknya
agama Islam ke Indonesia berlangsung secara damai.
Abad
ke 15 ketika kejayaan maritim Majapahit mulai surut, berkembanglah negaranegara
pantai yang dapat merongrong kekuasaan dan kewibawaan Majapahit yang berpusat
pemerintahan di pedalaman. Negara-negara yang dimaksud adalah Negara Malaka di
Semenanjung Malaka, Negara Aceh di ujung Sumatera, Negara Banten di Jawa Barat,
Negara Demak di Pesisir Utara Jawa Tengah, Negara Goa di Sulawesi Selatan .
Dalam proses perkembangan negara-negara tersebut yang dikendalikan oleh
pedagang. Pedagang kaya dan golongan bangsawan kota- kota pelabuhan, nampaknya
telah terpengaruh dan menganut agama Islam. Daerah-daerah
yang belum tepengaruh oleh kebudayaan Hindu, agama Islam mempunyai pengaruh
yang mendalam dalam kehidupan penduduk. Di daerah yang bersangkutan. Misalnya
Aceh, Banten, Sulawesi Selatan, Sumatera Timur, Sumatera Barat, dan Pesisir
Kalimantan. Agama Islam
berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang mendapat penganut sebagian
terbesar penduduk Indonesia. Kebudayaan Islam memberi saham yang besar bagi
perkembangan kebudayaan dan kepribadian Bangsa Indonesia.
Apakah kebudayaan
Indonesia kalah dengan budaya asing? Atau kita dapat mempertahankan kebudayaan
kita sendiri?
Maraknya
ekspansi budaya asing di Indonesia tak selalu berdampak buruk. Di era
globalisasi, setiap negara bebas melakukan ekspansi budaya ke negara lain.
Dulu, budaya Barat dengan leluasa melakukan penetrasi budaya ke berbagai negara
lain. Kini, Barat tak sendiri. Korea dan Jepang ikut pula mendominasi ekspansi
budaya. Tak hanya berhenti di Asia, budaya Korea dan Jepang hadir pula di Eropa
dan Amerika. Saat ini, budaya Korea dan Jepang masuk ke Indonesia dengan
beragam cara. Mulai dari fashion, musik, film, hingga menu makanan. Selain
itu, masuknya budaya negara lain dapat menjadi warna baru bagi industri kreatif
Tanah Air. Sehingga, ekspansi budaya yang ada sebenarnya memiliki nilai positif
untuk perkembangan Indonesia.
Kehadiran budaya asing tak langsung
berarti mengancam budaya Indonesia asli. Kecintaan masyarakat pada budaya
tradisional khas Indonesia pun tak seketika luntur oleh budaya negara lain. setiap negara pasti memiliki kelebihan masing-masing sebagai
senjata untuk membuat negara lain kenal dengan negara mereka. Indonesia,
misalnya. ndonesia menjadikan bidang pariwisata sebagai unggulan utama milik
bangsa. Banyaknya budaya, alam, pulau, dan bahasa yang unik, membuat Indonesia
memiliki daya tariknya sendiri. Meski masuknya budaya asing tak pernah dilihat
sebagai ancaman, pemerintah tetap menyaring setiap budaya asing yang masuk ke
Tanah Air.
Selama ini Kemenparekraf memiliki
kriteria dan persyaratan tersendiri dalam menghadapi gempuran budaya asing. Sudah puluhan tahun
masyarakat Indonesia akrab dengan kehadiran Doraemon sebagai pengisi hari
libur. Begitu pula dengan film Jepang dan musik asal Negeri Sakura yang dikenal
juga dengan J-pop.
Kerap dibuat terpukau oleh beragam budaya negara lain,
tak membuat Indonesia berdiam diri. Lewat film, Indonesia melakukan serangan
balik dan ikut tampil dalam gelaran festival film terbesar di Jepang, Tokyo
Internasional Film Festival (TIFF). Tepatnya Oktober 2012, TIFF memberikan
kesempatan besar bagi film Indonesia untuk ikut unjuk gigi di gelaran ini. Satu
katagori khusus, yaitu “ndonesia Express”, disiapkan bagi film-film Indonesia
yang tampil. Pada gelaran ke-25 TIFF, terdapat tujuh film Indonesia yang unjuk
gigi. Ketujuh film tersebut, yakni Atambua 39 Derajat Celcius, Sang Pemimpi dan
Laskar Pelangi garapan Riri Riza, Babi Buta yang Ingin Terbang dan Kebun
Binatang garapan Edwin, serta Mata Tertutup dan Seogija garapan Garin Nugroho.
Perkembangan budaya hiburan Indonesia saat ini masih jauh tertinggal dari
negara Asia lainnya. Mulai dari film, musik, dan karya lainnya. Meski kualitas
budaya lokal tak kalah dengan budaya asing, tak sedikit masyarakat lebih
memilih menikmati budaya asing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar